Jumat, 04 Agustus 2017

Konsep Pengertian, Fungsi, Ruang Lingkup dan Jenis Karya Seni Rupa Anak



KAJIAN SENI RUPA ANAK
Konsep Pengertian, Fungsi, Ruang Lingkup dan
 Jenis Karya Seni Rupa Anak

Dosen pengampu :
Drs Petrus C. Ismiyanto, MPd.
NIP. 195312021986011001

Disususn oleh :
Dwi Endah Ciswiyati
2401414054
Jurusan Seni Rupa
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
2017
1.1. PENGERTIAN SENI RUPA ANAK
Menurut Hajar Parmadi Keterampilan seni rupa adalah menciptakan sesuatu bentuk baru dan mengubah fungsi bentuk. Kegiatan ini sering dilakukan oleh anak-anak pada usia dini karena sifat keingintahuan. Anak memperlakukan selembar kertas kosong sebagai teman bicara, diajak berbicara terlebih dahulu kemudian baru menggambar. Gambar tersebut kadang tidak berwujud figuratif, tetapi juga bisa berupa coretan garis. Menggambar dikerjakan dengan berlari, berhenti sejenak kemudian bercerita dan dilanjutkan lagi dengan menggoreskan benda tajam. Sembari mengambil alat permainan yang sudah ditata rapi dari almari, alat tersebut disebar diletakkan di sembarang tempat, inilah kegiatan bermain.
Menurut Bastomi (2012:45) Bagi anak kecil adalah yang penting mewujudkan fantasi yang meluap- luap dari apa yang pernah difikir, dirasa dan dialami. Fantasi anak-anak diwujudkan dalam berbagai cara menurut kecakapan dan kemampuan mereka masing-masing.  Daya cipta fantasi ini muncul lagi dalam wujud dan bentuk yang banyak sekali macamnya, tidak memperdulikan benar atau salah serta tidak memperdulikan kenyataan. Selain itu pemakaian warna cenderung menyukai wara mencolok dan panas, sesuai dengan sifat anak-anak yang selalu bergerak dinamis.
Menurut Victor Lowenfeld ( dalam Bastomi : 2014) apa yang digambar anak adalah pengalaman sendiri yang bersifat subjektif dan itu merupakan sesuatu yang sangat penting bagi anak.
Menurut John Dewey (dalam Bastomi : 2014) gambar anak-anak memberikan suatu catatan yang baik sekali kepada kita untuk sesuatu hal, khususnya yang berkaitan dengan jiwa atau emosional bagi anak.
Proses menggambar dan mewarnai anak- anak
Menurut hans Hochreutener (dalam Bastomi : 2014) bagi anak berkenalan dengan warna mempunyai pengaruh besar sekali atas perkembangan perasaannya. Warna dapat merangsang daya cipta dan dapat menggerakan jiwa anak-anak. Hanya dengan berbagai macamwarnalah anak anak dapat memperoleh pengalaman tentang keindahan warna. Warna-warna yang baik untuk keperluan menggambar bagi anak-anak adalah kapur warna yang disebu kapur pastel atau cat air. Biarkanlah anak-anak menyiapkan wana untuk kepentingan mereka sendiri.
Pengalaman berseni rupa bagi anak merupakan bagian dari kehidupannya. Melalui kegiatan berseni rupa, anak mengenal olah pikir, olah rasa, dan olah tangan sebagai lahan bermain yang harmonis (Affandi, 2004:2).  Dalam bermain anak menemukan kebebasan dan kegembiraan. Salah satu kegiatan berseni rupa yang disukai anak adalah menggambar.
Secara khusus tujuan pendidikan anak usia dini adalah (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 42 – 43): Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta mencintai sesamanya, Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta mampu menerima rangsangan sensorik,
Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir dan belajar, Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat, Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan social, peranan masyarakat dan menghargai keragaman social dan budaya serta mampu mngembangkan konsep diri yang positif dan control diri, Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta menghargai karya kreatif.
Daftar Pustaka
Bastomi, Suwaji.2012. Sejarah Seni Rupa Indonesia:Prasejarah Hindu Islam.Semarang:UNNES Press
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:PT Indeks.
Bastomi, Suwaji.2014.Apresiasi Kreaif: Kumpulan Makalah Tahun Delapan uluhan .Semarang:UNNES Press
   Pamadhi, Hajar dkk. 2011. Pendidikan Seni di SD. Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
1.2. FUNGSI SENI RUPA ANAK
Haksel (1979) berpendapat bahwa Pendidikan Usia Dini amat tidak efektif atau kurang sempurna tanpa adanya musik, rupa, gerak dan drama. Secara umum pendidikan seni anak TK memiliki 4 fungsi utama yaitu :
1) Fungsi Ekspresi
     Anak usia dini atau TK mendapatkan kesempatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan secara bebas diungkapkan dalam bentuk bunyi, rupa, gerak, dan bahasa atau dapat dikombinasikan sesuai anak mengeksplorasi ungkapannya.
2) Fungsi Komunikasi
     Anak dapat menyampaikan pesan melalui bunyi, rupa, gerak, dan bahasa. Melalui seni memperkenalkan bahasa simbol pada anak.
3) Fungsi Pengembangan Bakat
     Anak dilahirkan sudah mempunyai kemampuan tersendiri, missal bernyanyi, menggambar, dan ketika sudah pada saatnya anak akan dibantu mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam jenjang pendidikan.
4) Fungsi Kreativitas
     Sebagian besar anak suka bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya, imajinasi anak mulai terasah ketika mendapatkan benda-benda yang menarik. Kreatif tidak hanya menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, tetapi mengubah yang telah ada menjadi model baru yang lama dengan melakukan improvisasi.
Menurut Catur Budi (2012:4) di jelaskan fungsi seni rupa anak berfungsi sebagai :
a. Media Ekspresi
b. Media Komunikasi
c. Media Pengembangan Bakat
d. Media Pendidikan

Hakikat Hajar Pamadi (2012 : 157-168) Hakekat seni rupa bagi anak TK ada 4 macam sebagai berikut :
1) Seni sebagai Bahasa
Perilaku anak tidak dapat lepas dari kegiatan kesenian, karena dari sini setiap anak dapat mengungkapkan ide gagasan, imajinasi, sebuah peristiwa yang pernah terjadi melalui karya seni misal melukis, menggambar, menyanyi, dan tari. Kegiatan ini sebagai sarana komunikasi anak secara visual. Dalam proses berkarya seni, pikiran dan perasaan anak akan bercampur secara aktif. Anak usia dini atau TK belum dapat membedakan makan berfikir dan merasakan semuanya masih menyatu dalam kegiatan yang bersifat refleksi.
Viktor Lowenfeld dan Lambert Britain (dalam Hajar Pamadi: 2011) adalah ……”pernah mengutarakan bahwa karya seni anak ini mempunyai jangkuan pikiran yang sangat komprehensif, sering cara menyimbolkan ide dan gagasan serta perasaan anak yang tidak dimengerti oleh orang dewasa tidak direspon secara positif, sehingga anak kendur dalam mengembangkannya”.
2) Seni Membantu Pertumbuhan Mental
Bentuk yang dirasakan, dibayangkan, dan dipikirkan oleh seorang anak dalam bentuk karya seni, bentuk semacam ini hadir bersamaan dengan perkembangan usia mental anak. Pandangan humanistik perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor internal. Keduanya berjalan saling mempengaruhi secara seimbang. Ketika berkarya seni, anak akan dikoordinasi oleh otak. Otak akan bekerja sendiri karena ada dorongan dari mata. Dilts (deporter et al.,1999: 68) adalah “Gerakan mata selama belajar dan berfikir tenkat pada modalitas visual, auditonal, dan kinestetik. Dengan kata lain, mata bergerak menurut cara otak mengakses informasi’. Pembelajaran karya seni rupa adalah belajar memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Kerja otak dapat menyimpan dan menciptakan citra visual dan kinerja mata bergerak ke informasi yang tersimpan untuk diciptakan.
3) Nilai Korelasi Pelajaran Seni Membantu Terhadap Bidang Yang Lain
Mendidik anak kita harus dapat mengembangkan kecerdasan majemuk. Kecerdasan akan disisipkan dalam mata pelajaran agar semua berkembang secara beriringan berdasarkan kemampuan anak. Anak harus mampu menangkap semua obyek dengan menelaah secara komperhensif semua mata pelajaran dan dapat dituangkan dalam karya seni menggambar atau melukis. Kegiatan mentransfer bentuk, peristiwa atau sebuah nilai obyek diubah menjadi gambar, sedangkan kegiatan mengamati obyek benda disekitar kita tentang perilaku manusia, proses ini disebut transfer. Peristiwa belajar seni dapat melatih kreativitas, kecakapan dapat digunakan dalam memecahkan masalah dalam materi dengan keuletannya dapat mempermudah untuk memecahkan masalah.
4) Seni sebagai Media Bermain
Manusia tidak akan lepas dalam bermain, karena melalui bermain pengalaman yang didapat begitu luas, mulai berimajinasi, pikiran dan perasaan anak bergerak untuk bereksplorasi dengan alam sekitar. Bermain sebagai modal untuk melatih imajinasi, pikiran, dan perasaan.
DAFTAR PUSTAKA
Pamadhi, Hajar dkk. 2011. Pendidikan Seni di SD. Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Budi, Catur. 2012. Konsep Dasar Seni Rupa Sd.Surakarta:UMS Press

1.3. RUANG LINGKUP SENI RUPA ANAK
1.3.1 KREASI
Menurut Herbert Read (dalam Bastomi, Suwaji : 2014) Kreasi mempunyai pengertian untuk menyatakan sesuatu yang belum tidak berwujud atau tidak ada , maksudnya merupakan hasil nyata (visual) yang sebelumnya tidak terlihat maupun sebelumnya tidak pernah disebut adanya.
Menurut Bastomi (2014:8-9) bagi anak menggambar atau melukis adalah kreativitas anak. Kemudian kemapuan anak dalam membentuk suatu ide terbatas pada tingkat umur anak. Ide tidak terbentuk atas persepsi visual , tetapi karena dorongan dari dalam yang sejalan dengan pertumbuhannya.
Menggambar yang dilakukan anak semata-mata adalah ungkapan dari ekspresi dan imajinasi dari sisi emosionalnya. Gambar anak dapat disebut dengan gambar ekspresi karena gambar yang dibuat dan diajarkan di sekolah bertujuan untuk melatih ekspresi kreatifnya. Ekspresi adalah pencerminan atau pengungkapan emosi danperasaan melalui kegiatan menggambar dan melukis. Menggambar ekspresi adalah kegiatan pengungkapan emosi dan perasaan yang timbul akibat pengalamanpengalaman dari luar ke atas bidang gambar (Dharmawan dalam Sumanto, 2006:70).
Dan dari perkembangan tubuh, ada beberapa hal yang mempengaruhi penglihatan anak dalam berkarya seni rupa . Dalam kreasi pengaruh tersebut diungkapkan Pamadhi (2008:26) jika dilihat dari sudut perkembangan tubuh, penglihatan anak adalah:
(1) Parsial, artinya anak masih belum dapat melihat secara jelas bahwa bagian-bagian dari objek mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
(2) Dipengaruhi egosentrisme, yaitu rasa keakuannya masih tinggi sehingga yang diiamati adalah sesuatu dari objek yang dia senangi. Dengan demikian apa yang diamati anak hanya sebagian dari objek yang menarik perhatiannya.
(3) Gerak fisiologis tangan dan koordinasi dengan otak belum seimbang. Kadang pikiran anak telah mampu menjangkau bentuk objek secara rinci dan dianggap menarik perhatiannya, namun di sisi lain keterampilan untuk menyatakan objek belum dimiliki anak.
 (4) Pikiran atau perasaan lebih cepat bertindak dari pada tangannya, sehingga anak menjadi kebingungan untuk menyatakan bentuk objek.
(5) Gaya anak mungkin berbeda dengan yang lain. Dalam perkembangan pikiran, gambaran yang telah terjadi sebelumnya, berubah menjadi persepsi. Persepsi ini kemudian berkembang terus menjadi dorongan bentuk objek dengan mengasosiasikan (menghubungkan dan menyamakan) dengan objek sebelumnya.
1.3.1. APRESIASI
Penghayatan dan penghargaan yang berupa proses kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar dan tanpa prasangka. Apresiasi adalah kemauan , keinginan seseorang untuk bisa menerima nilai  ( Suwaji Bastomi, 2014:147). Kegiatan menghayati dan menghargai (pengamatan) nilai yang terdapat pada hasil karya itu tersebut yang disebut apresiasi.
Sensitifitas anak dalam mengapresiasi dianggap penting , maka anak harus diolah dan ditanamkan kepekaan rasanya dakam menanggapi sesuatu. Dan semua pengetahuan pengalaman yang menumbuhkan sensitifitas anak merupakan pengalaman dan pegetahuan pribadi na itu sendiri yang berbeda tiap anak.
Menurut Suwaji Bastomi (2014:24) dalam praktik dunia seni rupa dapat bertumpu pada dua aspek salah satunya tumpuan apresiatif yang dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan atau mengungkapkan imajinasi dan emosi anak . media untuk keperluan ini dapat diambil dari reproduksi lukisan kenamaan atau karya anak-anak sendiri. Sehingga merangsang adanya komunikasi akan nilai-nilai estetis dengan pribadi anak karena berhubungan dengan pertumbuhan emosi dan sensitivitas anak
Apresiasi dianggap sebagai upaya untuk memahami berbagai hasil seni dengan segala permasalahannya serta terjadi lebih peka akan nilai-nilai estetika yang terkandung di dalamnya. Hal ini ditegaskan oleh Soedarso (1990:77) bahwa apresiasi adalah: “Mengerti dan menyadari sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif terhadap segi-segi estetiknya sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut dengan semestinya.” Sementara itu Rollo May (Alisyahbana, 1983:81) menambahkan bahwa berapresiasi terhadap suatu kreasi baru atau hasil seni juga merupakan suatu tindakan kreatif.
Aspek apresiatif dapat dipahami sebagai domain afektif sekaligus kognitif. Karena seorang (siswa) yang melakukan apresiasi secara benar haruslah memiliki sejumlah modal pengetahuan.  (Syafii,2010:8)
Apresiasi anak merupakan hasil aspek-aspek afektif dan kognitif anak dalam megiolah pengalaman dan pengetahuannya yang dapat membuat anak dapat berperilaku dan bersikap lebih baik dalam menghadapi sesuatu karena didukung oleh daya kepekaan rasa dan daya sensitifitas yang tinggi.
Daftar Pustaka
Bastomi, Suwaji.2014.Apresiasi Kreaif: Kumpulan Makalah Tahun Delapan uluhan .Semarang:UNNES Press
Syafii, 2010. Evaluasi Pembelajaran Seni Rupa. Semarang:Unnes

1.4. JENIS – JENIS KARYA SENI RUPA ANAK
Secara garis besar jenis-jenis bahasa rupa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk, zaman, dan sifat. (Taswadi, 2000, 3). Sedangkan menurut Hajar Parmadi Karya anak berupa karya dua dan tiga dimensi, masing-masing digunakan untuk mewujudkan gagasan dan pikirannya serta perasaannya. Karya dua dimensi adalah karya rupa yang mempunyai ukuran panjang dan lebar serta karya tiga dimensi adalah karya yang mempunyai ruang dan berukuran panjang – lebar – tinggi. Semua karya ini digunakan sebagai media berkomunikasi alat bermain, berimajinasi, bercerita dengan orang lain.
Menurut Hajar Parmadi Dimensi adalah tampilan dan ujud seni rupa berbentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Arti dimensi atau matra adalah ukuran. Seni rupa dua dimensi mempunyai ukuran panjang kali lebar atau luas. Ukuran ini untuk melihat sisi depan dan sisi belakang. Sedangkan, seni rupa tiga dimensi mempunyai ukuran panjang kali lebar kali tinggi atau dengan atas atau bawah ber-ruang (isi, volume). Contoh seni rupa dua dimensi adalah lukisan, gambar dan lain-lain. Sedangkan seni rupa tiga dimensi adalah seni bangun, patung, keranjang dan lain-lain
            Jenis karya seni rupa anak-anak antara lain :
1. Menggambar
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar. Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya.
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun sudah lebih. Tujuan menggambar bagi anak:
1.Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2.Mengembangkan daya kreativitas
3.Mengembangkan kemampuan berbahasa
4.Mengembangkan citra diri anak
2. Finger Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
a.Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf.
b.Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
c.Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.
d.Mengendalkan estetika keindahan warna.
e.Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting : a.Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu), dan b.Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
3. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis.
Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkan ide-ide.
4. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya.
Teknik membentuk sangat beraneka ragam,diantaranya : a. Membutsir, b. Memahat, c. Cor (Menuang), dan d. Merakit.
5. Mencetak
Mencetak adalah proses memperbanyak suatu gambar atau naskah dengan menggunakan teknik tertentu diantaranya cetak datar,cetak tinggi,cetak dalam,cetak saring,cetak copy, dan cetak dengan pintu out.
Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri.
6. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
7. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk. Ada beberapa macam kolase yaitu: a.Kolase dengan kertas dan kain, dan b.Kolase dengan tekstur
8. 3M (Menggunting, Menempel, Melipat)
Karya rupa 3M ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi suatu bentuk tiga dimensi. Di Jepang teknik seperti ini disebut teknik origami.
Daftar pustaka
Budi, Catur. 2012. Konsep Dasar Seni Rupa Sd.Surakarta:UMS Press
   Pamadhi, Hajar dkk. 2011. Pendidikan Seni di SD. Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI SEUTUHNYA

Seutuhnya Terlahir dengan ego Kemudi menuju harapan Penuh kesengsaraan nestapa Hanya, hanya dan hanya untuk dirimu sendiri ...