ANALISIS BATIK SEMEN RAMA
Oleh : Dwi Endah
Asal mula hadirnya pola
semen berawal pada saat pemerintahan Sunan Paku Buwono IV (1787-1816) di saat
beliau mengangkat putera mahkota sebagai calon penggantinya. Beliau menciptakan
pola tersebut guna mengingatkan puteranya kepada perilaku dan watak seorang
penguasa seperti wejangan yang diberikan oleh Prabu Rama kepada Raden Gunawan
Wibisana saat akan menjadi raja. Wejangan tersebut dikenal dengan sebutan Hasta
Brata.
Batik Semen Rama
sebagai karya seni secara esensi merupakan ajaran yang ditujukan dan
diisyaratkan kepada raja atau pemimpin rakyat, yang disimbolkan dalam ornamen
dampar sebagai lambang kekuasaan (Sewan Susanto 1980:235). Motif selingan
berupa garis geometrik yang dipadu dengan motif lung-lungan merupakan elemen
pengisi, sebagai bagian dari tata susun batik sekaligus untuk membentuk
keseimbangan komposisi. Secara keseluruhan memberikan satu-kesatuan (unity)
pola susunan batik. motif isen ataupun diri dari cecek yang dipadu dengan garis
yang diterapkan pada motif pokok ataupun pada selingan merupakan variasi untuk
memberikan rasa indah pada batik.
Batik Semen Rama sesuai
catatan Sewan Susanto merupakan simbol dari ajaran Asthabrata yang diungkapkan
dengan lakon pewayangan kekawin Ramawijaya. Ajaran tersebut dituturkan oleh
Ramawijaya ketika memberi wejangan terhadap Barata ketika dikukuhkan sebagai
raja Hastinapura dan terhadap Wibisana ketika dikukuhkan sebagai raja
Alengkadiraja, kemudian ajaran astabrata disimbolkan dalam polabatik yang
terdiri 8 (asta) dan 1 sebagai subjek, brata (watak, sifat).
Astabrata dieja
Hastabrata artinya delapan watak atau sifat kepemimpinan, di dalam batik
dilukiskan 9 motif utama. Motif dalam batik Semen rama merupakan simbolis yang
mempunyai makna ajaran tentang sikap yang ideal yang seharusnya seorang
pemimpin. Seseorang pemimpin yang memenuhi dan memiliki 8 sifat pemimpim yang
disimbolkan dalam motif batik Semen Rama. Hastabrata merupakanajaran keutamaan
yang mencerminkan ekspresi budaya jawa. Pandangan tersebut mengandung wacana
falsafah tentang potret seorang pemimpin yang bijaksana yang mementingkan
kepentingan jagad (negara) di atas kepentingan pribadi (keutamaan), kemudian
pandangan/ajaran tersebut dilukiskan dalam motif Semen Rama
Visualisasi dari unsur
motif pokok Semen Rama yang terdiri atas delapan unsur, diduga memiliki korelasi
dengan delapan butir isi ajaran Asthabrata, yang termuat dalam Serat Rama Pupuh
LXXVII Pangkur: 19-35.
a.
Ornamen Meru, melambangkan tanah atau bumi, atau gunung tempat para dewa. Motif
Meru dengan Hyang Yama
b.
Ornamen Lidah-api/ Agnibrata, melambangkan api, agni, geni, atau Dewa Api,
Batara Brahma, lambang yang sakti untuk menumpas angkara murka dan melindungi
yang lemah. Lidah api digambarkan sebagai cemukiran. Motif Lidah Api dengan
Hyang Brama.
c.
Ornamen Baito/ Barunabrata atau kapal laut, barang yang bergerak di air, dapat
dianggap lambang dari pada air atau banyu. Pada motif yang lain air ini
digambarkan dengan binatang-binatang yang hidup dalam air, seperti katak, ular,
atau siput dsb. Biasanya dilambangkan dalam bentuk naga atau yang berhubungan
dengan air sebagai ajaran welas asih atau mudah memaafkan kesalahan.
d.
Ornamen Burung / Bayubrata, lambang dunia atas, atau udara. Motif Burung dengan
Hyang Bayu, dilambangkan dalam bentuk
iber-iberan atau burung sebagai ajaran mengenai keluhuran atau kedudukan tinggi
yang tidak menonjolkan kekuasaan.
e.
Ornamen Garud/ Suryabrata atau Rajawali, lambang matahari dan tata surya. Motif
Garuda dengan Hyang Surya, dilambangkan bentuk garuda sebagai ajaran keteguhan
hati dan tidak setengah-setengah dalam mengambil keputusan
f.
Ornamen Pusaka/ Danababrata, atau Tombak Keraton digambarkan sebagai tombak,
dan pusaka mempunyai makna semacam daru atau wahyu dengan makna memberikan
penghargaan atau anugerah kepada rakyatnya.yaitu semacam cahaya gemerlapan,
lambang kegembiraan dan ketenangan. Motif Pusaka dengan Hyang Kuwera
g.
Ornamen Dampar /Yamabrata atau Takhta atau Singgasana, lambang suatu kekuasaan,
kekuasaan yang adil dan pelindung rakyat. Takhta adalah tempat duduk Raja. Raja
adalah seseorang yang mempunyai makna atau wahyu, sebagai penjelmaan dewa, maka
Raja dianggap mempunyai kesaktian. Motif Bangunan atau Perahu dengan Hyang
Baruna, dilambangkan dalam bentuk gunung atau awan atau sesuatu yang tinggi
sebagai ajaran untuk bersifat adil kepada sesama.
h.
Ornamen Binatang/ Sasibrata yang hidup di darat, beberapa di antaranya dianggap
binatang yang keramat, seperti Sapi dan Banteng. Pada paham triloka, binatang
darat itu melambangkan dunia tengah atau arcapada, madya-pada. Binatang
dianggap pula sebagai penjelmaan dewa Wisnu. Dunia tengah ini dilambangkan pula
dengan pohon Hayat, atau tumbuh-tumbuhan. Motif Binatang dengan Hyang Candra dilambangkan
dalam bentuk bintang sebagai ajaran untuk memberikan penerangan bagi mereka
yang sedang kegelapan.
i.
Ornamen Pohon Hayat/ Indrabrata, Pohon Hayat juga melambangkan dunia tengah. Di
dalam seni wayang kulit Pohon Hayat digambarkan sebagai gunungan. Motif Pohon
Hayat dengan Hyang Éndra, dilambangkan dengan bentuk tumbuhan atau hayat,
maknanya adalah ajaran tentang darma untuk memberikan kemakmuran dan melindungi
bumi.
Pola batik Semen Rama
(Ramawijaya) merupakan pengulangan dari motif utama, termasuk pohon hayat salah
satu motif utamanya. Tata susun pola batik semen rama, merupakan paduan motif
yang terdiri dari pohon hayat, di samping kanan dan kiri sepasang motif-motif
garuda, dibawah pohon hayat terdapat sepasang motif baito atau perahu, dan
dibawahnya terdapat sepasang motif binatang darat.
Di atas pohon hayat
terdapat motif meru, disamping kanan dan kiri motif meru terdapat sepasang
motif dampar dan motif baito. Secara keseluruhan motif pohon hayat dikelilingi
motif meru, motif binatang darat, motif binatang air, motif binatang yang hidup
di atas (udara), motif baito,motif bangunan dan motif damparan, dan motif
pusaka.
Motif batik merupakan
gambaran kombinasi antara garis,bentuk dan isen- isen menjadi satu kesatuan
yang harmonis dan utuh. Secara garis besar penggolongan motif batik dibagi
menjadi dua kelompok besar; pertama motif batik geometris, kedua motif batik
non geometris.
Motif batik non
geometris meliputi; motif batik banji, ganggong, ceplok, nitik,kawung dan
lereng atau parang. Motif batik non geometris meliputi; motif batik semen
ornamen tumbuhan, binatang dan lar-laran (sayap). Sedangkan motif semen
termasuk golongan non-geometris, kata semen berasal dari kata semi atau semaian
tumbuh-tumbuhan.
Daftar Pustaka
Susanto, Sewan. 1973.
Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta : Balai Penelitian Batik dan
Kerajinan
Krisnawati, Maria.
2014, TEKNOBUGA Volume 1 No.2
http://batikdan.blogspot.co.id/2011/06/batik-semen-rama.html
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=32996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar