BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Masa perintisan diawali oleh
seorang pemuda jawa , Raden Saleh yang mendapatkan kesempatan yang jarang
terjadi untuk belajar seni lukis di Belanda pada awal abad ke – 19 pada masa
penjajahan. Etos waktu itu mungkin membawanya untuk mencoba menyamai orang
belanda dengan menguasai bentuk seni baru yang dilakukannya dengan bagus.
Sambutan yang diterimannya di beberapa kerajaan eropa membuktikan keterampilan
dan bakatnya yang besar. Tanpa diragukan ia pelukis Indonesia terbaik masa
penjajahan. Walaupun bakatnya luar biasa , ia tidak meemberikan pengaruh
langsung pada perkembangan seni Indonesia, karena tak ada pelukis lain yang
sama tingkatannya yang muncul sampai abad ke-20. Raden saleh , yang berkarya
seninya merupakan pembuktian romantisme abad 19 eropa, pantas dianggap perintis
diantara para seniman modern Indonesia.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di rumuskan di atas,
maka rumusan masalah dalam tugas ini adalah :
1. Apa
pengertian masa perintisan ?
2. Apa peran Raden Saleh pada masa perintisan
?
C.
Tujuan
Tujuan tugas ini adalah :
1. Untuk
mengetahui pengertian masa
perintisan
2. Untuk
mengetahui peran Raden Saleh
pada masa perintisan
D.
Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari tugas ini adalah :
1.
Bagi pembaca bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang peran
Raden Saleh masa perintisan.
2.
Memberikan penjelasan peran Raden Saleh pada masa perintisan
3.
Bagi penulis bermanfaat dapat belajar
tentang peran Raden Saleh pada masa perintisan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masa Perintisan( 1807-1880 )
Seni modern memberikan berbagai alternative dan
permasalahan yang rumit dan sulit dipahami. Seperti hubungan yang sulit
dipisahkan antara seni dan kehidupan. Seni dan kehidupan merupakan suatu
komposisi yang menyeluruh sepertihalnya individualistis. Apabila kita mencoba
menelusuri hubungan antara unsur-unsur yang terkongkritisasi pada suatulukisan, kesuatu hal yang ada didalam
karya itu, maka sebenarnya kita melakukan seperti menelusuri diri saya
kehal-hal yang ada pada saya sendiri.(Eli Siegel 1967 100-111).
Seni lukis Indonesia terutama yang berlabel “modern”
tak dapat diingkar, bahwa perjalanannya mengarah dan berkiblat kepada konsepsi
seni lukis barat. Namun sayangnya, pemahaman maupun adaptasi konsepsinya hanya
sepotong - potong, bahkan kadang hanya ditelan mentah – mentah .Gaya dan aliran seni lukis yang terjadi di belahan
barat seolah resep dan menu yang siap dipakai.
Seniman dalam kedudukannya sebagai pembentuk gaya
dalam penciptaan karya seni, tercermin citra budaya serta corak kepribadian
bangsa. Guna memperoleh citra budaya Indonesia, karya seni lukis Indonesia
terwujud berbagai tema melalui pengolahan gaya lama atau baru kedalam media
seni lukis. Pada tahap permulaan, seniman Indonesia melukiskan segala sesuatu
dengan wujudnya yang tampak atau keseluruhan kehadirannya bercorak
realistis.Perkembangan selanjutnya melalui pengintisarian bentuk dan rasa, juga
penciptaan lewat stilisasi bentuk atau pengolahan terhadap bentuk dan iramanya,
pengkritisasian ide-ide simbolis dan menjadikan symbol – simbol tersebut
sebagai lambang pada seni lukis.
Dalam konteks kesadaran budaya, upaya perintisan seni lukis modern
Indonesia sering dianggap berlangsung secara tidak sengaja, bahkan nyaris tanpa
rencana. Anggapan ini bukan hanya disebabkan oleh kenyataan bahwa saat itu
bangsa Indonesia masih merupakan bangsa terjajah, melainkan terutama merujuk
pada asumsi praktik seni lukis dan eksistensi pelukis pribumi di sekitar tahun
1827 hingga 1880 yang masih sedikit jumlahnya dan belum diwarnai tegangan
kesadaran mengenai pentingnya meraih identitas ke - Indonesia-an dalam diri dan
keseniannya.
Perkembangan selanjutnya melalui pengintisasias
bentuk dan rasa, juga penciptaan lewat stilisasi bentuk atau pengolahan
terhadap bentuk dan iramanya, pengkritisan ide-ide simbolis dan menjadikan
symbol-simbol tersebut sebagai lambang pada seni lukis. Penggunaan sifat garis
dan warna dalam penciptaan bentuk merupakan dasar penciptaan seni lukis para
seniman Indonesia (Kusnadi1977 :146).
B.
PERAN
RADEN SALEH PADA MASA PERINTISAN
Awal seni modern Indonesia menggambarkan suatu
peralihan dari gaya seni tradisional yang telah ada sejak masa prasejarah.
Walaupun bentuk – bentuk tradisional ini terus dipergunakan bahkan hingga
sekarang, ada perkembangan berarti sejak abad ke – 19. Kekhasan Raden Saleh
terletak pada pada kenyataan bahwa ia merupakan seniman Indonesia utama dan
pertama yang berhasil menguasai gaya romantisme yang lazim dibarat pada abad ke
– 19. Dan kemudian di anggap sebagai pelopor perintis seni rupa modern di
Indonesia
Perjalanan seni lukis
modern di Indonesia pada awal abad ke
20 sampai masa akhir pemerintahan Orde baru Republik
Indonesia telah berkembang lebih dari sekadar fungsi pendokumentasian abad ke
19. Berkembangnya pelukis-pelukis professional dari kelompok masyarakat Belanda,
Indo dan pribumi, melahirkan masyarakat penyangga
yang berperan sebagai patrona sekomunal
(communal support) yang bersifat modern. Bentuk patronase ini menunjukan peran masyarakat penyangga dalam memfungsikan seni sebagai aktivitas kebudayaan.
Raden
Saleh merupakan sosok yang telah menjadi legenda dalam sejarah seni rupa modern
Indonesia. Dia “terlanjur” dianggap sebagai pioneer seni rupa modern Indonesia dan
keberadaannya merepresentasikan banyak hal. Mulai dari kisah keteknikan seni
lukis hingga tema nasionalisme. Karya, kisah dan momen keberadaan Raden Saleh
sampai saat ini memang tidak ada duanya. Banyak sekali ulasan dilahirkan, di
samping banyak karya lukisan dia yang menakjubkan. Peter Carey seorang peneliti
yang mengaguminya telah terinspirasi karya Raden Saleh mengenai
"Penangkapan Pangeran Dipanegara" hingga telah menulis ratusan
halaman tentang penangkapan tersebut. Nama Raden Saleh juga diabadikan menjadi
nama jalan di daerah bekas rumahnya di Jakarta. Raden Saleh menjadi ikon yang
menarik hingga 200 tahun kemudian (2012) dibuat pameran karya-karya Raden
Saleh.
a.
Seni
gaya barat di Indonesia
Munculnya seni gaya barat di Indonesia menjawab
kebutuhan merekam pemandangan alam dan kehidupan sehari – hari dalam masa
penjajahan . kecenderungan yang sama tampak jelas di wilayah jajahan inggris ,
perancis, dan portugis yang bertetangga di asia, yang sejak abad ke – 17
pemandangan kota dan pemandangan alam dilukis dengan cat minyak . lukisan
pemandangan alam terus berkembang pada abad ke -19 sebagai sebuah bentuk
“naturalism”. Kelingkungan pergaulan inilah raden saleh dibawa oleh pamannya ,
bupati majalengka
Sebagian
pengamat seni lukis Indonesia menganggap Raden Saleh sebagai pelopor seni lukis
modern Indonesia, namun ada pula yang menyaksikan dan menyangkalya atas dasar
berbagai pertimbangan, antara lain soal kontribusi teknik Romantik dan
penerusan praktiknya terhadap pelukis-pelukis pribumi generasi berikutnya dan
terutama perkara nasionalisme. Dalam asumsi tersebut, Raden Saleh sebagai
pelukis yang menguasai teknik melukis gaya Romantik dengan baik, bukan penentu
kemudian kemunculan seni lukis modern Indonesia, mengingat tidak ada hubungan
kausalitas dengan para pelukis generasi berikutnya. Jarak yang terentang antara
Raden Saleh dengan generasi pelukis pribumi berikutnya terhalang sekitar
setengah abad dan ia tidak memiliki penerus gaya melukisnya di kalangan
pribumi. Penerusan gaya seni lukis Raden Saleh lebih banyak dilakukan oleh
pelukis-pelukis asing yang lebih mondal. Maka, gaya Romantik dalam seni lukis
di Indonesia dimulai dan diakhiri oleh Raden Saleh.
b.
Latar belakang raden saleh
Raden saleh syarif bustaman lahir dari keluarga
ningrat di terbaya , semarang, jawa tengah tahun 1807. Raden Saleh Syarif Bastaman kerap dianggap sebagai tanda penting bagi
tahap-tahap perkembangan seni lukis modern di Indonesia. Raden Saleh adalah
pelukis pribumi yang mendapat previlese dari pemerintah Hindia Belanda untuk
mengembangkan bakat melukisnya di Eropa. Ia bertolak ke Eropa pada tahun 1829
saat masih brgejolaknya pemberontakan Pangeran Diponogoro terhadap pemerintah
Hindia Belanda. Selama lebih kurang dari 20 tahun ia tinggal di sejumlah kota
di Eropa, termasuk Dresden, Jerman. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan
status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke Weimar, Jerman
(1843). Keterlibatannya dalam kancah seni lukis Eropa di masa Romantik, bukan
tanpa alasan yang mendahuluinya. Sebelum bejalajar melukis kepada pelukis
Horace Verne di Perancis, ia telah berguru kepada Auguste Joseph Payen-pelukis
Belgia yang datang ke pulau Jawa tahun 1817 dan bekerja pada pemerintah Hindia
Belanda di Bogor.
Ketika
sedang bekerja di pusat penelitian ilmu pengetahuan dan seni colonial belanda ,
raden saleh muda bertemu dengan guru pertamannya , A.A.J Payen, seorang pelukis
belgia yang bekerja di bogor dan terkenal karena gambar pemandangan alamnya.
Payen – melihat bakat seni orang muda jawa itu – membujuk pemerintah colonial
belanda untuk mengirimnya ke belanda untuk belajar seni. Usulnya disetujui,
pertama karena raden saleh menunjukan kemampuan besarnya dan kedua karena
pemerintah belanda memerlukan seseorang untuk membantu pengawasan budaya
belanda. Mencer de ligne, mempelajari kebudayaan jawa. Raden saleh pergi
kebelanda tahun 1829dan menjadi pelukis pribumi pertama yang mempelajari seni
diluar negeri . ia sangat di pengaruhi oleh sarjana-sarjana eropa dan
sebaliknya sangat berpengaruh dalam perkembangan lukisan pemandangan alam di Indonesia.
Pengalaman
empirik yang diserapnya, terutama kepekaannya menangkap dan mengabadikan unsur
dramatik, tercermin kuat dalam karya-karya seri perburuan dan perkelahian
binatang. Teknik melukis gaya romantik yang dikuasainya dengan baik beserta
keunikan pribadinya, menyebabkan ia diterima dengan hangat di kalangan
bangsawan dan raja di Eropa kala itu, bahkan dikukuhkan sebagai pelukis istana
oleh Raja Willem II (1792-1849). Seiring kekaguman pada karya tokoh
romantikisme Ferdinand Victor Eugene Delacroix (1798-1863), pelukis prancis
legendaris, Raden Saleh turut menjadi saksi bergulirnya Revolusi Prancis pada
Febuari 1948.
Di
belanda raden saleh pernah belajar dibawah pengawasan dua orang pelukis
terkenal , cornelis kruseman dan andrier schefhour. Ia juga mengunjungi
berbagai kota eropa , seperti berlin , dresde,
coburg di jerman . ia menjadi seniman yang berhasil dan diterima
diberbagai istana , terutama yang memesannya untuk melukis potret. Banyak
lukisan yang dipamerkan di rujksmuseum Amsterdam. Beberapa karya dibawa ke
paris untuk pameran tunggal tahun 1931, tempat ketika kebakaran di pavilliun
belanda menghancurkan beberapa dari contoh – contoh yang terbaik dan dengan
demikian Indonesia kehilangan sebagian dari karyaperintis seniman tersebut. Di
paris saleh bertemu dengan pelukis horance vermetyang mempengaruhi lukisan
adegan berburu yang romantic.
Corak dan gaya lukisan
R. Saleh Syarif Bustaman menggambarkan wajah manusiadan
symbol-simbol dalam taferil kehidupan dengan gaya Naturalis
yang berjiwa Romantis, atau dengan kata lain
Naturalis yang berjiwa Romantis, atau dengan
kata lain Naturalis-Romantis. Walaupun tema-tema yang
hadir merupakan tema romantic
kehidupan, namun tetap digambarkan dengan gaya naturalis
yang lembut dan teliti.
Perjalanan seni lukis
Indonesia sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad
XXI ini, terasa masih terombang ambing oleh berbagai benturan konsepsi.Kemapanan seni lukis Indonesia
yang belum mencapai tataran berhasil itu,
sudah diporak-porandakan oleh gagasan
modernism yang membuahkan seni
alternative, dengan munculnya seni konsep (
conseptual art ). “Instalasi Art” dan “Performent Art” yang pernah menjamur
di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar
1993-1996 kemudian muncul berbagai
alternative “kolaborasi” sebagai mode 1996/97. Bersamaitu pula seni lukis konveksi dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri
yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat tetapi merupakan bisnis
alternative investasi.
Tahun
1851 seniman tersebut pulang setelah tinggal 20 tahun di eropa tempat dia menerima
sejumlah penghargaan dan hadian dari beberapa kerajaan benua tersebut. selain dipercaya
menjadi konservator pada 'Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni' Raden
Saleh sempat menyelesaikan beberapa lukisan potret keluarga keraton, bupati
Majalengka dan pemandangan. Sedangkan lukisan 'Penangkapan pangeran Diponogoro'
yang dibuatnya tahun 1857 merupakan catatan penting berkaitan dengan sikap dan
pemikirannya sehubungan dengan nasionalisme yang digenggamnya. Saleh
terus melukis dan melahirkan karya-karya lukis yang berupa potret, pemandangan
dan adegan-adegan peristiwa. Raden Saleh juga telah melahirkan banyak kisah
mengenai tempat-tempat (misalnya keberadaan rumahnya), kisah mengenai rumah
tangganya dan banyak kisah perjalanan yang dilakukannya. Kisah-kisahnya membawa
pengaruh hingga sekarang.
Raden
saleh membangun sebuah rumah di tepi sungai ciliwung, Jakarta an sekarang
menjadi rumah sakit cikini. Taman ditengahnya kemudian diubah menjadi pisat
kesenian Jakarta , taman ismail marzuki (TIM). Di Indonesia ia bekerja sebagai
pemelihara koleksi seni pemerintah kolonial
.Setelah raden saleh, hanya beberapa seniman yang mencapai ketenaran
yang berarti sampai kemunculan generasi yang kemudian tahun 1870 ia kembali dan tinggal di eropa
selama empat tahun . sekembaliannya ke jawa ia pindah ke bogor dan tinggal
disana hingga meninggal disana hingga tahun
1877.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian rangkuman dan ulasan tugas ini dapat
disimpulkan:
Raden
Saleh di anggap sebagai pelopor perintis seni rupa modern di Indonesia.
Kekhasan
terletak pada pada kenyataan bahwa ia merupakan seniman Indonesia utama dan
pertama yang berhasil menguasai gaya romantisme yang lazim dibarat pada abad ke
– 19. Raden
Saleh merupakan sosok yang telah menjadi legenda dalam sejarah seni rupa modern
Indonesia. Dia “terlanjur” dianggap sebagai pioneer seni rupa modern Indonesia dan
keberadaannya merepresentasikan banyak hal. Mulai dari kisah keteknikan seni
lukis hingga tema nasionalisme.
B. Saran
Apabila ada salah dalam tugas ini penulis meminta
kritik dan saran yang membangun guna memgembangkan tugas ini menjadi tugas yang
lebih baik dan berguna serta bermanfaat bagi pembaca
Daftar Pustaka
Soedarsono, R.M., 2004. SeniRupa Modern.Yogyakarta : UGM ( Bahan
Ajar Perkuliahan )
Soemantri
Hilda dkk, 2002, Indonesian Heritage Edisi Bahasa Idonesia: Grolier
Internasional
Budi Dwi Harto, 2002, Sejarah Seni Rupa
Indonesia II: Universitas Negeri Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar