MEMAHAMI MODEL-MODEL PENGEMBANGAN PERENCANAAN DAN KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM PEMBELAJARAN SENI RUPA
KURIKULUM
Kurikulum dalam dunia pendidikan seperti kata Ronald C. Doll : “ Kurikulum sekolah adalah muatan proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah”. Sedangkan Maurice Dulton mengatakan “Kurikulum dipahami sebagai pengalaman pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar di bawah naungan sekolah”.
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20/2003)
Kurikulum 2004 berisi seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan nasional dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah dan madrasah (Kerangka Dasar Kurikulum 2004)
Dalam pengembangan kurikulum dapat bentuk silabus dan RPP. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajarann (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD.
Hal yang senada diungkapkan oleh (Muslimin Ibrahim, 2010) dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
SILABUS
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.
Langkah-langkah Pengembangan Silabus
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
5. Penentuan Jenis Penilaian
6. Menentukan Alokasi Waktu
7. Menentukan Sumber Belajar
RPP
RPP merupakan komponen penting dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan yang pengembangannya harus dilakukan secara profesional. Menurut E. Mulyasa (2010: 222) berikut ini adalah cara pengembangan RPP dalam garis besarnya.
1) Mengisi kolom identitas
2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan.
3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat dalam silabus yang telah disusun.
4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan.
5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus.
6) Menentukan metode pembelajaranyang akan digunakan.
7) Menentukan langkah-langkah pembelajaran.
8) Menentukan sumber belajar yang akan digunakan.
9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun 2005 pasal 20 berbunyi bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pemebelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Beberapa pengertian tentang perencanaan pembelajaran antara lain:1
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Pegembangan kurikulum meliputi empat langkah [6], yaitu merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar ( selection of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar (organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).
Menurut Olivia (1992) Pengembangan kurikulum dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu :
(1) pendekatan top-down the administrative model
Gagasan pengembangan kurikulum datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, membentuk suatu Komisi atau Tim Pengarah pengembangan kurikulum. Anggotanya, terdiri dari pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum.
(2) the grass root model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.
KOMPONEN PEMBELAJARAN
Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Briggs hendaknya mengandung lima komponen yang disebut anchor point, yaitu:
1) Tujuan pengajaran;
2) Materi pelajaran/bahan ajar,
3) pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar;
4) Alat/Media dan Sumber Belajar
5) Evaluasi keberhasilan.
Komponen materi pokok pembelajaran berbasis kompetensi meliputi : (1)kompetensi yang akan dicapai; (2) strategi penyampaian untuk mencapaikompetensi; (3) sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukankeberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi.
Menurut Asra (2009: 3) mengelompokkan komponen-komponen pembelajaran dalam tiga kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa. Interaksi antara tiga komponen utama melibatkan metode pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan terciptanya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Selain itu komponen pembelajaran meliputi:
1. Komponen Tujuan pembelajaran yang menbahas tentang : Khirarki tujuan pembelajaran , yang meliputi tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan intruksional umum dan khusus
2. Komponen Materi Pembelajaran dibahas tentang pengertian materi pembelajaran sebagai isi kurikulum , kategori bahan pembelajaran dan teknik pemilihan bahan ajar
3. Komponen Strategi dibahs konsep strategi pembelajaran , faktor-faktor yang mempengaruhi memilih srategi pembelajaran, dan beberapa contoh strategi pembelajaran.
4. Komponen Media Pembelajaran , membahas tentang : konsep media pembelajaran , kedudukan media dalam pembelajaran, fungsi media pembelajaran dan klasifikasi media pembelajaran.
5. Komponen evaluasi pembelajaran , membahas tentang : konsep dasar evaluasi , pengukuran, penilaian tes . kriteria evaluasi pembelajaran syarat-syarat perumusan evaluasi pembelajaran , tujuan pembelajaran.
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh ketika guru membuat perencanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan pembelajarannya antara lain :
1. Sebagai petunjuk arah kegitan dalam mencapai tujuan / kompetensi dalam pembelajaran
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam pembelajaran.
3. Sebagai pedoman kerja /kegiatan bagi setiap unsur guru dan unsur siswa
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya sesuatu kegiatan pembelajaran berlangsung
5. Sebagai bahan penyusunan data informasi tentang keberhasilan pembelajaran
Rencana pembelajaran pada umumnya akan mengacu kepada enam hal penting yang harus dipersiapkan ketika akan melaksanakan proses pembelajaran, antara lain :
(1) Pencapaian tujuan yang harus dirumuskan oleh guru bedasarkan GBPP
(2) Perumusan tujuan belajar yang mengacu kepada pengembangan perilaku khusus yang akan dicapai pada akhir pembelajaran
(3) Pelaksanaan pembelajaran hendaknya didasarkan kepada pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa.
(4) Proses pembelajaran berorientasi kepada olah kegiatan pemikiran, mentalitas, dan perbuatan siswa yang diwujudkan dalam pembelajaran secara aktif (CBSA). Sehingga proses pembelajaran tersebut menjadi lebih menarik, menantang dan juga menyenangkan.
(5) Optimalisasi pemanfaatan media dan sumber belajar untuk mendukung proses belajar aktif.
(6) Evaluasi yang di dasarkan kepada perubahan perilaku siswa baik yang direncanakan (instructional effect) maupun tidak (nurturan effect)
Kegiatan pembelajaran hendaknya : (1) berpusat pada peserta didik; (2) mengembangkan kreatifitas peserta didik; (3) menciptakan kondidisi yang menantang da menyenangkan; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika; (5) menyediakan pusat penglaman belajar yang beragam (Diknas, 2002).
MODEL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
Ada berbagai model pembelajaran yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan situasi-kondisi sekolah. Model-model tersebut antara lain:
1. MODEL PEMBELAJARAN SISTEM INTRUKSIONAL (PSSI)
Sistem intruksional yang menggunakan pendekatan sistem , yaitu satu kesatuan yang terorganisir , yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Fungsi PSSI untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistem , untuk menjadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. PSSI menggunakan pendekatan Sistem dan Goals Oriented.
Langkah – langkah PSSI :
a. Menentukan Tujuan : Perumusan yang operasional , bentuk hasil belajar , berbentuk tingkah laku siswa , dan hanya ada satu tingkah laku
b. Pengembangan Alat Evaluasi : Menentukan tes yang akan digunakan , Menyusun (item soal) untuk menilai setiap tujuan.
c. Kegiatan Belajar Megajar : Merumuskan kemungkinan untuk mencapai tujuan, Menetapkan Kegiatan Belajar Mengajar dan menetapkan kegiatan yang ditempuh
d. Pengembangan Program : Merumuskan Materi , menetapkan metode , Pemilihan Media , Membuat Jadwal
e. Pelaksanaan : mengadakan tes awal , Menyiapkan materi pembelajaran, mengadakan tes akhir dan perbaikan
Dasar pengembangan pembelajaran merupakan desain pembelajaran atau tahun 1975 istilahnya disebut sebagai Prosedur Pengembangan Sistem Pembelajaran (PPSI). Sebagai suatu prosedur, desain pembelajaran dapat diartikan sebagai langkah yang sistematis untuk menyusun rencana atau persiapan pembelajaran dan bahan pembelajaran. Produk dari desain pembelajaran adalah berupa persiapan pembelajaran, silabus, modul, bahan tutorial dan bentuk saran pedagogis lainnya.
Proses pengembangan perencanaan pembelajaran terkait erat dengn unsurunsur dasar kurikulum yaitu tujuan materi pelajaran, pengalaman belajar dan penilaian hasil belajar.
Perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran adalah : (a) memahami kurikulum; (b) menguasai bahan ajar; (c) menyusun program pengajaran; (d) melaksanakan program pengajaran dan (e) menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
2.MODEL PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992) .
Keunggulan pendekatan keterampilan proses di dalam proses pembelajaran, antara lain adalah :
1. Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,
2. Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
3. Melatih siswa untuk berpikir lebih kritis,
4. Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,
5. Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,
6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Pendekatan keterampilan proses ini berbeda dengan pendekatan tradisional, karena di dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional, guru hanya memberikan materi pelajaran yang berfokus pada pemberian konsep-konsep, informasi, dan fakta yang sebanyak-banyaknya kepada siswa. Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh siswa pun hanya terbatas pada aspek pengetahuan saja, sedangkan aplikasinya belum tentu dapat dilakukan. Padahal di dalam pembelajaran matematika, siswa juga dituntut untuk mengalihgunakan informasi yang diperolehnya pada bidang lain dan bahkan di dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik, diagram, dan lain-lain. Dengan demikian, penerapan pendekatan tradisional di dalam pembelajaran matematika tidakkah cocok.
Satu hal yang harus kita sepakati bersama, bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan orientasinya tidak hanya produk belajar, yakni hasil belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran saja, melainkan lebih dari itu. Pembelajaran yang dilakukan juga diarahkan pada bagaimana memperoleh hasil belajar atau bagaimana proses mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan terpenuhi.
Untuk mencapai tujuan di atas, terdapat sejumlah prinsip yang harus Anda pahami (Conny, 1992), yang meliputi:
(1). kemampuan mengamati,
(2). kemampuan menghitung,
(3). kemampuan mengukur,
(4). kemampuan mengklasifikasikan,
(5). kemampuan menemukan hubungan,
(6). kemampuan membuat prediksi (ramalan),
(7). kemampuan melaksanakan penelitian,
(8). kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data,
(9). kemampuan menginterpretasikan data, dan
(10). kemampuan mengkomunikasikan hasil.
3. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (INDIVIDUAL LEARNING)
Menurut Wina Sanjaya (2008:128) strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberrhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu yang bersangkutan. Bahan pembelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.
Sedangkan menurut Sudjana (2009 : 116) Pengajaran individual merupakan suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan caranya sendiri.
Menurut Sudjana, Perbedaan-perbedaan individu dapat dilihat dari :
1. Perkembangan intelektual
2. Kemampuan berbahasa
3. Latar belakang pengalaman
4. Gaya belajar
5. Bakat dan minat
6. Kepribadian
Pembelajaran individu berorientasi pada individu dan pengembangan diri. Pendekatan ini memfokuskan pada proses dimana individu membangun dan mengorganisasikan dirinya secara realitas bersifat unik. (Hamzah B. Uno, 2008 : 16)
Menurut Muhammad Ali (2000 : 94) strategi belajar mengajar individual disamping memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensinya, juga memungkinkan setiap siswa menguasai seluruh bahan pelajaran secara penuh. “mastery learning “ atau belajar tuntas.
Strategi pengajaran yang menganut konsep belajar tuntas, sangat mementingkan perhatian terhadap perbedaan individual. Atas dasar ini sistem penyampaian pengajaran dilakukan dengan mengarah kepada siswa belajar secara individual. Muhammad Ali (2000 : 99)
Menurut Hamzah B. Uno (2008 : 18), ada beberapa model pembelajaran yang termasuk pada pendekatan pembelajaran individual, diantaranya adalah model pembelajaran pengajaran tidak langsung (non directive teaching), model pembelajaran pelatihan kesadaran (awareness training), sinektik, sistem konseptual, dan model pembelajaran pertemuan kelas (clasroom meeting).
Berikut adalah model-model pembelajaran yang lain :
• Distance learning (pembelajaran jarak jauh)
• Resource-based learning (pembelajaran langsung dari sumber)
• Computer-based training (pelatihan berbasis komputer)
• Directed private study (belajar secara privat langsung)
Keuntungan-keuntungan dan kelemahan pembelajaran individual
Keuntungan-keuntungan:
• Pembelajaran tidak dibatasi waktu
• Siswa dapat belajar secara tuntas
• Perbedaan-perbedaan yang banyak di antara para peserta dipertimbangkan
• Para peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu yang dapat mereka sesuaikan
• Gaya-gaya pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi
• Hemat untuk peserta dalam jumlah besar
• Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang mereka pelajari
• Merupakan proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif
Beberapa kelemahan:
• Memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan
• Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan
• Peran instruktur perlu berubah
• Keberhasilan tujuan pembelajaran kurang tercapai, karena tidak ada tempat untuk siswa bertanya
4. MODEL PEMBELAJARAN DENGAN MODUL
Belajar dengan menggunakan modul juga sering disebut dengan belajar mandiri. Menurut Wijaya (1988:129), ciri-ciri pengajaran modul pembelajaran adalah : Siswa dapat belajar individual, ia belajar dengan aktif tanpa bantuan maksimal dari guru.
Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus bersumber pada perubahan tingkah laku. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui. Perubahan tingkah laku diharapkan sampai 75% penguasaan tuntas (mastery learning)
Membuka kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan menurut kemampuannya masing-masing. Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruction, dengan belajar seperti ini, modul membuka kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
Modul memiliki daya informasi yang cukup kuat. Unsur asosiasi, struktur, dan urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga siswa secara spontan mempelajarinya. Modul banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat aktif.
Menurut Suparman (1993:197), menyatakan bahwa bentuk kegiatan belajar mandiri ini mempunyai kekurangan-kekurangan sebagai berikut : Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama,Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum matang pada khususnya.
Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus menerus mamantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu siswa membutuhkan.
Tjipto (1992:72), juga mengungkapkan beberapa hal yang memberatkan belajar dengan menggunakan modul, yaitu : Kegiatan belajar memerlukan organisasi yang baik dan Selama proses belajar perlu diadakan beberapa ulangan/ujian, yang perlu dinilai sesegera mungkin
Pembelajaran menggunakan modul juga memiliki beberapa kelemahan yang mendasar yaitu bahwa memerlukan biaya yang cukup besar serta memerlukan waktu yang lama dalam pengadaan atau pengembangan modul itu sendiri, dan membutuhkan ketekunan tinggi dari guru sebagai fasilitator untuk terus memantau proses belajar siswa.
Kelebihan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul :
Belajar menggunakan modul sangat banyak manfaatnya, siswa dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran dengan modul sangat menghargai perbedaan individu, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka pembelajaran semakin efektif dan efisien.
Tjipto (1991:72), mengungkapkan beberapa keuntungan yang diperoleh jika belajar menggunakan modul, antara lain : Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya., Sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil., Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya, Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester dan Pendidikan lebih berdaya guna.
Selain itu Santyasa (Suryaningsih, 2010:31), juga menyebutkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul adalah sebagai berikut : Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan, Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil, Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester, Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.
Daftar Pustaka
Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori UPI. Bandung.
Suparman, Atwi. 1997. Desain Instruktional. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryaningsih, Nunik Setiyo. 2010. Pengembangan media cetak modul sebagai media pembelajaran mandiri pada mata pelajaran teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VII semester 1 di SMPN 4 Jombang. Surabaya: Skripsi yang tidak dipublikasikan.
Utomo, Tjipto. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Vembriarto, St. 1975. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta.
Wijaya, Cece,.dkk. 1988. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remadja Karya.
Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012
P. F . Oliva.1992.Developing The Curriculum 3rd Edition. New York: Harper Collins Publishers.
E. Mulyasa, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Tim Dosen MKDK. 2002 . Kurikulum dan Pembelajran, Bandung, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UPI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar