DWI ENDAH CISWIYATI
2401414054
501 – 502
Jurusan Seni Rupa
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
JENIS – JENIS BAHASA RUPA
Secara garis besar jenis-jenis bahasa rupa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk, zaman, dan sifat. (Taswadi, 2000, h.3)
Berdasarkan Bentuk : Bentuk karya seni rupa ada 2 macam, yaitu karya seni rupa dua dimensi (dwi matra), dan karya seni rupa tiga dimensi (trimatra). Bahasa rupa pun sama yaitu ada bahasa rupa dua dimensi (dwi matra), dan bahasa rupa tiga dimensi (tri matra).
Berdasarkan Zaman : Bahasa rupa tradisi digunakan dan bersumber dari kelompok karya seni rupa tradisi (patung, relief, lukisan, gambar, bangunan, kerajinan/kria), karya seni rupa gambar anak-anak, gambar mausia dan patung, serta bangunan, dan kerajinan primitif, dan karya seni rupa pasejarah (lukisan, patung, bangunan, dan kerajinan), dan Bahasa rupa modern digunakan dan bersumber dari karya seni rupa modern (ukisan, gambar, kerajinan /kria, bangunan, desain, gambar poster, periklanan, film, sinetron, dan karya-karya seni rupa modern lainnya).
Berdasarkan Sifat : Bahasa rupa bersifat statis adalah bahasa rupa yang bersumber dan digunakan dalam karya-karya visual yang tidak bergerak, sedangkan bersifat dinamis adalah yang bersumber dan digunakan dalam karya-karya visual yang bergerak
Menurut pengamat pendidikan Islam Asep Sujana (Silawati, 2009) anak-anak dimasa sekolahnya dulu sudah dikondisikan untuk mengeluarkan daya kreativitasnya seperti melalui mata pelajaran kesenian atau prakarya dengan membuat dalam bentuk perhiasan, barang cendera mata, atau peralatan rumah tangga dari barang-barang yang ada di lingkungan rumah dan sekolah.
Jenis karya seni rupa anak-anak antara lain :
1. Menggambar
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar. Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya.
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun sudah lebih. Tujuan menggambar bagi anak:
1.Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2.Mengembangkan daya kreativitas
3.Mengembangkan kemampuan berbahasa
4.Mengembangkan citra diri anak
2. Finger Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
a.Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf.
b.Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
c.Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.
d.Mengendalkan estetika keindahan warna.
e.Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting : a.Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu), dan b.Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
3. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis.
Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkan ide-ide.
4. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya.
Teknik membentuk sangat beraneka ragam,diantaranya : a. Membutsir, b. Memahat, c. Cor (Menuang), dan d. Merakit.
5. Mencetak
Mencetak adalah proses memperbanyak suatu gambar atau naskah dengan menggunakan teknik tertentu diantaranya cetak datar,cetak tinggi,cetak dalam,cetak saring,cetak copy, dan cetak dengan pintu out.
Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri.
6. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
7. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk. Ada beberapa macam kolase yaitu: a.Kolase dengan kertas dan kain, dan b.Kolase dengan tekstur
8. 3M (Menggunting, Menempel, Melipat)
Karya rupa 3M ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi suatu bentuk tiga dimensi. Di Jepang teknik seperti ini disebut teknik origami.
Bentuk ungkapan gambar anak dapat dibedakan menjadi delapan kelompok, yaitu: dimensi, stereotipe (perulangan), ideoplastis, penumpukkan, perebahan, tutup menutup, perspektif burung, dan pengecilan (Garha, 1980:130). Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut.
a) Dimensi
Dimensi merupakan cara menggambar yang dilakukan oleh anak melalui penggambaran objek yang berbeda-beda ukurannya pada sebuah bidang gambar. Pembesaran atau pengecilan yang terjadi pada gambar yang dimaksud oleh anak untuk lebih menonjolkan suatu tokoh yang dianggap penting dari pada yang lainnya
b) Stereotipe (perulangan)
Dengan cara mengulang suatu objek menjadi beberapa bagian, sehingga dalam satu bidang gambar terdapat beberapa bentuk gambar yang sama.
Gejala ini muncul dalam bentuk berbeda-beda secara bertahap, yaitu: 1) Pengulangan Total, 2) Pengulangan objek3) Pengulangan unsur
c) Ideoplastis
Bentuk ungkapan Ideoplastis merupakan ungkapan gambar yang menunjukkan kesan tembus pandang suatu objek pada sebuah bidang gambar.
d) Penumpukan
Digunakan untuk memperoleh kesan ruang dalam sebuah bidang gambar. Objek yang ditampilkan berupa gambar-gambaryang saling menumpuk. Sumanto (2006:34) mengemukakan bahwa penumpukan ditandai dengan kesan ruang dengan ciri objek yang dekat digambar di bagian bawah bidang gambar, dan objek yang letaknya semakin jauh diletakkan di bagian atas bidang gambar.
e) Perebahan
Bentuk ungkapan perebahan digunakan untuk memperoleh kesan ruang dalam gambar anak. Kesan ruang dapat dicapai dengan cara merebahkan objek benda yang digambar. Sumanto (2006:33) mengemukakan bahwa perebahan ditandai dengan kesan ruang yang diperoleh dengan jalan merebahkan ke dalam/keluar suatu benda atau objek yang digambarkan.
f) Tutup menutup
Bentuk ungkapan tutup-menutup merupakan salah satu cara anak dalam mengungkapkan kesan ruang. Sumanto (2006:35) mengemukakan bahwa tutup menutup merupakan kesan ruang dimana antara objek yang satu dengan objek lainnya ditampilkan saling
tertutup.
g) Perspektif Burung
Bentuk ungkapan ini merupakan bentuk ungkapan gambar yang sudut pandangnya menempatkan diri di atas objek gambar, sehingga dengan cara ini anak dapat memperoleh kesan ruang.
h) Pengecilan
Pada bentuk ungkapan ini, anak sudah dapat memunculkan kesan perspektif, sehingga gambar yang dihasilkan mengarah ke objek aslinya. Sumanto (2006:35) mengemukakan bahwa pengecilan merupakan kesan ruang gambar yang dibuat berdasarkan ketentuan atau hukum perspektif, dimana objek yang dekat digambarkan besar dan jelas, sedangkan objek yang semakin jauh digambar semakin kecil dan tidak jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Garha, Oho dan Md. Idris. 1979. Pendidikan Kesenian Seni Rupa Program
Spesialisasi II untuk SPG. Jakarta: Depdikbud
Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Budi, Catur. 2012. Konsep Dasar Seni Rupa Sd.Surakarta:UMS Press
2401414054
501 – 502
Jurusan Seni Rupa
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
JENIS – JENIS BAHASA RUPA
Secara garis besar jenis-jenis bahasa rupa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk, zaman, dan sifat. (Taswadi, 2000, h.3)
Berdasarkan Bentuk : Bentuk karya seni rupa ada 2 macam, yaitu karya seni rupa dua dimensi (dwi matra), dan karya seni rupa tiga dimensi (trimatra). Bahasa rupa pun sama yaitu ada bahasa rupa dua dimensi (dwi matra), dan bahasa rupa tiga dimensi (tri matra).
Berdasarkan Zaman : Bahasa rupa tradisi digunakan dan bersumber dari kelompok karya seni rupa tradisi (patung, relief, lukisan, gambar, bangunan, kerajinan/kria), karya seni rupa gambar anak-anak, gambar mausia dan patung, serta bangunan, dan kerajinan primitif, dan karya seni rupa pasejarah (lukisan, patung, bangunan, dan kerajinan), dan Bahasa rupa modern digunakan dan bersumber dari karya seni rupa modern (ukisan, gambar, kerajinan /kria, bangunan, desain, gambar poster, periklanan, film, sinetron, dan karya-karya seni rupa modern lainnya).
Berdasarkan Sifat : Bahasa rupa bersifat statis adalah bahasa rupa yang bersumber dan digunakan dalam karya-karya visual yang tidak bergerak, sedangkan bersifat dinamis adalah yang bersumber dan digunakan dalam karya-karya visual yang bergerak
Menurut pengamat pendidikan Islam Asep Sujana (Silawati, 2009) anak-anak dimasa sekolahnya dulu sudah dikondisikan untuk mengeluarkan daya kreativitasnya seperti melalui mata pelajaran kesenian atau prakarya dengan membuat dalam bentuk perhiasan, barang cendera mata, atau peralatan rumah tangga dari barang-barang yang ada di lingkungan rumah dan sekolah.
Jenis karya seni rupa anak-anak antara lain :
1. Menggambar
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar. Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya.
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun sudah lebih. Tujuan menggambar bagi anak:
1.Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2.Mengembangkan daya kreativitas
3.Mengembangkan kemampuan berbahasa
4.Mengembangkan citra diri anak
2. Finger Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
a.Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf.
b.Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
c.Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.
d.Mengendalkan estetika keindahan warna.
e.Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting : a.Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu), dan b.Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
3. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis.
Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkan ide-ide.
4. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya.
Teknik membentuk sangat beraneka ragam,diantaranya : a. Membutsir, b. Memahat, c. Cor (Menuang), dan d. Merakit.
5. Mencetak
Mencetak adalah proses memperbanyak suatu gambar atau naskah dengan menggunakan teknik tertentu diantaranya cetak datar,cetak tinggi,cetak dalam,cetak saring,cetak copy, dan cetak dengan pintu out.
Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri.
6. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
7. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk. Ada beberapa macam kolase yaitu: a.Kolase dengan kertas dan kain, dan b.Kolase dengan tekstur
8. 3M (Menggunting, Menempel, Melipat)
Karya rupa 3M ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi suatu bentuk tiga dimensi. Di Jepang teknik seperti ini disebut teknik origami.
Bentuk ungkapan gambar anak dapat dibedakan menjadi delapan kelompok, yaitu: dimensi, stereotipe (perulangan), ideoplastis, penumpukkan, perebahan, tutup menutup, perspektif burung, dan pengecilan (Garha, 1980:130). Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut.
a) Dimensi
Dimensi merupakan cara menggambar yang dilakukan oleh anak melalui penggambaran objek yang berbeda-beda ukurannya pada sebuah bidang gambar. Pembesaran atau pengecilan yang terjadi pada gambar yang dimaksud oleh anak untuk lebih menonjolkan suatu tokoh yang dianggap penting dari pada yang lainnya
b) Stereotipe (perulangan)
Dengan cara mengulang suatu objek menjadi beberapa bagian, sehingga dalam satu bidang gambar terdapat beberapa bentuk gambar yang sama.
Gejala ini muncul dalam bentuk berbeda-beda secara bertahap, yaitu: 1) Pengulangan Total, 2) Pengulangan objek3) Pengulangan unsur
c) Ideoplastis
Bentuk ungkapan Ideoplastis merupakan ungkapan gambar yang menunjukkan kesan tembus pandang suatu objek pada sebuah bidang gambar.
d) Penumpukan
Digunakan untuk memperoleh kesan ruang dalam sebuah bidang gambar. Objek yang ditampilkan berupa gambar-gambaryang saling menumpuk. Sumanto (2006:34) mengemukakan bahwa penumpukan ditandai dengan kesan ruang dengan ciri objek yang dekat digambar di bagian bawah bidang gambar, dan objek yang letaknya semakin jauh diletakkan di bagian atas bidang gambar.
e) Perebahan
Bentuk ungkapan perebahan digunakan untuk memperoleh kesan ruang dalam gambar anak. Kesan ruang dapat dicapai dengan cara merebahkan objek benda yang digambar. Sumanto (2006:33) mengemukakan bahwa perebahan ditandai dengan kesan ruang yang diperoleh dengan jalan merebahkan ke dalam/keluar suatu benda atau objek yang digambarkan.
f) Tutup menutup
Bentuk ungkapan tutup-menutup merupakan salah satu cara anak dalam mengungkapkan kesan ruang. Sumanto (2006:35) mengemukakan bahwa tutup menutup merupakan kesan ruang dimana antara objek yang satu dengan objek lainnya ditampilkan saling
tertutup.
g) Perspektif Burung
Bentuk ungkapan ini merupakan bentuk ungkapan gambar yang sudut pandangnya menempatkan diri di atas objek gambar, sehingga dengan cara ini anak dapat memperoleh kesan ruang.
h) Pengecilan
Pada bentuk ungkapan ini, anak sudah dapat memunculkan kesan perspektif, sehingga gambar yang dihasilkan mengarah ke objek aslinya. Sumanto (2006:35) mengemukakan bahwa pengecilan merupakan kesan ruang gambar yang dibuat berdasarkan ketentuan atau hukum perspektif, dimana objek yang dekat digambarkan besar dan jelas, sedangkan objek yang semakin jauh digambar semakin kecil dan tidak jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Garha, Oho dan Md. Idris. 1979. Pendidikan Kesenian Seni Rupa Program
Spesialisasi II untuk SPG. Jakarta: Depdikbud
Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Budi, Catur. 2012. Konsep Dasar Seni Rupa Sd.Surakarta:UMS Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar