Minggu, 22 April 2018

ESTETIKA ISLAM


Nama   : Dwi Endah Ciswiyati
NIM    : 2401414054
Rombel : 507

Estetika (aesthetics), sesuai dengan makna etimologisnya, ialah pengetahuan tentang obyek-obyek penikmatan indera. Karya manusia yang dimaksudkan sebagai obyek penikmatan indera adalah karya seni. Sebagai cabang ilmu dan falsafah, estetika sering disamakan dengan teori seni, kritik seni dan falsafah keindahan. Tidak jarang juga disebut teori keindahan. Sebagai kritik seni yang dikaji dalam estetika ialah kriteria yang dapat dijadikan dasar penilaian terhadap karya seni. Dalam menetapkan kriteria itu juga diperhatikan wawasan atau pandangan estetik yang mendasari sebuah hasil ciptaan . Apabila yang dibicarakan sebuah karya yang berhubungan dengan bentuk spiritualitas dan agama tertentu, mestilah dijelaskan sejauh mana pemahaman dan penghayatan si pencipta terhadap bentuk spiritualitas dan agama tersebut, atau gagasan serta pengalaman religius apa yang disajikan dalam karyanya.
Islam, seni dan estetika sangat erat hubungannya. Sifat dinamik ajaran Islam memperbolehkan umatnya menghayati keindahan dalam pelbagai bidang tidak hanya seni saja. Seni Islam yang banyak mengandung unsur sakral meletakkan nilai estetika Islam sebagai estetika suci yang dekat hubungannya dengan sifat-sifat Allah. Sedangkan Seni yang telah dirancang oleh filsuf barat, seni profan, jauh dari spirit wahyu bahkan lepas sama sekali dari kaca mata keagamaan dan tentu saja mengandung sekulerastik akut. Seni dalam Islam lebih menonjolkan nilai suci (sakral)yang bisa dilihat nilai estetiknya. Nilai estetik Islam sendiri lebih menonjolkan satu-kesatuan bentuk yang berulang-ulang sehingga tercipta sesuatu yang harmonis dan seimbang. Keteraturan itu menggambarkan seni sebagai pengantar jiwa manusia ke Tuhan, ke Allah.
 “Oliver Leaman adalah seorang sarjana filsafat kaliber internasional yang sangat terkenal… Pengetahuan filsafatnya yang mendalam memungkinkannya untuk menerapkan dan menganalisis konsep-konsep estetika terhadap banyak bentuk seni.”
(Ian R. Netton, Univesity of Leeds)
Dalam buku Estetika Islam oleh Oliver Leaman menyebutkan tiga argumen kuat yang menentang penggunaan seni dalam budaya Islam yaitu, penggambaran visual yang kreatif berakibat pada dikuasainya akal pikiran, pemusatan pada gambaran yang menghambat pemahaman hakikat segala sesuatu, dan yang terakhir yaitu bahwa nabi mencela segala bentuk pemberhalaan. Hal tersebut menjelaskan bahwa seni dan estetika Islam sangat menghargai dan memikirkan tentang hubungan kreatifitas otak manusia dengan moralitas untuk menghasilkan karya yang indah, suci dan bisa dihargai sebagai karya seni yang sebenarnya.
Abdullah Bin Umar menyatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Sungguh, orang-orang yang membuat gambar-gambar ini akan disiksa di hari kiamat, dikatakan pada para pembuatnya: hidupkanlah ciptaanmu” (Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadist-hadist itulah estetika islam dibatasi, dengan tidak diperkenankan menciptakan gambar, lukisan atau patung dan yang berbau makhluk hidup. Meskipun demikian pada kontek estetik dalam arti yang luas, Nabi Muhammad pernah bersabda; bahwa sungguh Allah telah mengharuskan keindahan dalam segala hal (Muslim), dan Allah itu indah dan gemar keindahan (Muslim dan Tarmidzi dalam Agus 1989). Kedua hadist tersebut apabila kita simak, sebenarnya merupakan jawaban atas estetika Islam yang tertuang dalam karya seni.
Secara hukum islam, seni atau kesenian itu mubah (jaiz= boleh). Namun dari mubah ini dapat bergeser menjadi makruh atau lainnya. Pergeseran itu tergantung dari niat dan bentuk ungkapan seni itu sendiri, serta nilai manfaat bagi umat. Karya seni (yang dapat bersyarat estetis) harus merupakan ibadah (karya ibadah). Para seniman tidaklah berdosa apabila niatnya adalah untuk mengungkapkan estetik. Yang berdosa adalah jika seniman mencoba menandingi ciptaan Allah atau membuat karya untuk disembah. Namun demikian karena penafsiran hadist selalu berbeda dan kesahihan hadist juga tidak sama, maka banyak seniman Muslim masih menghindari ungkapan estetik yang dianggap tidak sejalan dengan hadist-hadist tersebut
Beberapa hal yang menyangkut tentang gambaran dunia yang disajikan Al Quran dan pengaruhnya terhadap estetika, khususnya karya sastra, musik dan seni rupa salah satunya menjelaskan bahwa dalam Al Quran dinyatakan alam semesta, juga pribadi manusia, di mana ayat-ayat-Nya terbentang, diumpamakan sebagai kitab agung atau sebuah karya sestra yang ditulis oleh Sang Pencipta dengan kalam-Nya di atas lembaran terpelihara.
 Berdasarkan pandangan tersebut, para sufi memberikan pendapatnya mengenai fungsi seni yaitu, seni adalah pembawa nikamat mencapai keadaan jiwa yang damai dan menyatu dengan keabadian yang abadi. Seni juga sebagai pembebasan jiwa dari alam benda melalui sesuatu yang berasal dari alam benda itu sendiri. Fungsi seni yang lain yaitu sebagai penyucian diri dari pemberhalaan terhadap bentuk-bentuk itu sendiri. Fungsi keempat yaitu untuk menyampaikan hikmah, yaitu kearifan yang menbantu kita bersifat adil dan benar terhadap Tuhan. Seni juga berfungsi sebagai sarana efektif untuk menyebarkan gagasan pengetahuan, informasi yang berguna bagi kehidupan seperti pengetahuan dan informasi yang berkenaan dengan sejarah, geografi,hokum, undang-undang, adab, pemerintahan, politik, ekonomi, dan gagasan keagamaan. Fungsi yang terakhir yaitu, karya seni juga merupakan cara untuk menyampaikan puji-pujian kepada yang Maha Esa.
Dalam hadist Rasulullah menyebutkan Allah itu Indah dan menyukai keindahan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa estetika juga ada dan berpengaruh penting dalam Islam dan seni.
Nilai estetik Islam sendiri lebih menonjolkan satu-kesatuan bentuk yang berulang-ulang sehingga tercipta sesuatu yang harmonis dan seimbang. Keteraturan itu menggambarkan seni sebagai pengantar jiwa manusia ke Tuhan, ke Allah.
Estetika Islam terus hidup, karena pada dasarnya estetika adalah fitrah, hanya cara pengungkapannya yang harus disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Walau pada awalnya perkembangan estetika berkisar pada sekitar masjid dalam bentuk kaligrafi. Estetika justru kemudian berkembang dan mempengaruhi Negara sekitar dan pada akhirnya kita mengenal gaya Moor, gaya Mudejar, gaya Ummayah dan sebagainya. Demikian seterusnya Islam berkembang menyebar sampai India, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada akhir perkembangannya estetik Islam tidak lagi berdiri sendiri, tetapi mengadakan metamorfosa dengan kebudayaan asli daerah setempat.
Pada masa-masa berikutnya: masa-masa Timurid, Safawid dan dinasti Usman, artis-artis Muslim mulai mendapat status tertentu, dan mulai zaman inilah kita menemukan adanya katalogus tentang karya-karya seni dan biografi-biografi seniman kebanyakan adalah pelukis, kaligrafi dan arsitek; ada juga beberapa buku catatan tentang berbagai seni dan kerajinan tangan (yang terawal ialah karya-karya hasil seni kerajinan keramik). Hal ini merupakan awal peletakan prinsip-prinsip estetika.

·         Ciri-ciri / Prinsip-prinsip Kesenian Islam
1.      Mengangkat martabat insan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusian dan persekitaraan dan sejagat.
2.      Mementingkan persoalan akhlak dan kebenaran yang menyentuh aspek-aspek estetika, kemanusiaan, moral dan lain-lain lagi.
3.      Menghubungkan keindahan sebagai nilai yang tergantung kepada keseluruhan kesahihan islam itu sendiri.
4.      Kesenian islam terpancar daripada wahyu Allah.
5.      Menghubungkan manusia dengan Tuhan, alam sekitar dan sesame manusia dan juga makhluk.
Islam tidak pernah menolak kesenian selagi dan selama mana kesenian itu bersifat seni untuk masyarakat dan bukannya seni untuk seni. Terdapat lima hukum dalam seni jika diperincikan. Antaranya:
(a) Wajib : Jika kesenian itu amat diperlukan oleh muslim yang mana tanpanya individu tersebut boleh jatuh mudarat seperti keperluan manusia untuk membina dan mencantikkan reka bentuk binaan masjid serta seni taman (landskap) bagi maksud menarik orang ramai untuk mengunjungi rumah Allah swt tersebut.
(b) Sunat : Jika kesenian itu diperlukan untuk membantu atau menaikkan semangat penyatuan umat Islam seperti dalam nasyid, qasidah dan selawat kepada Rasulullah saw yang diucapkan beramai-ramai dalam sambutan Maulidur Rasul atau seni lagu (tarannum) al-Quran.
(c) Makruh : Jika kesenian itu membawa unsur yang sia-sia (lagha) seperti karya seni yang tidak diperlukan oleh manusia.
(d) Haram : Jika kesenian itu berbentuk hiburan yang :
Melalaikan manusia sehingga mengabaikan kewajiban,  Memberi khayalan, Dicampuri dengan benda-benda haram, Ada percampuran antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram, Objek bentuk ukiran yang menyerupai patung sama , merusakkan akhlak , menunjuk-nunjuk kesombongan.
(e) Harus : Apa saja bentuk seni yang tidak ada nas yang mengharamkannya.
·                     Filosofi Estetika Islam
Estetika menurut Muhammad Ibn Zakariyah
Pengarang-pengarang lain juga percaya bahwa gambar-gambar yang indah akan menambah kegembiraan di hati dan mengusir jau-jauh pikiran-pikiran melankolik. Beginilah umpamanya, pandangan dokter dan filsuf yang termahsyur, Muhammad ibn Zakariyah Ar-Razi, yang melihat akan adanya kemampuan efektif dari lukisan-lukisan yang indah, dikombinasikan dengan warna-waarna yang harmonis, seperti kuning, merah, dan hijau dengan bentuk-bentuk yang selaras

Pendapat Estetika menurut Mirza Muhammad Haydar
Karya historis Ta’rikh-I Rasidi oleh Mirza Muhammad Haydar Duglat, raja dari bani Safawiyah (abad 16), memandang perbendaharaan kata-kata estetika kritis. Menurut dia, coretan pena atau kwas (qalam) dan sketsa atau design (tarh) ahli, haruslah mantap (mahkam). Tetapi harus menunjukan adanya kelembutan (nazuki), kerapihan (safi), kemurnian (malahat), kematangan (pukhtagi) dan organisasi (andam). Maka hasil usahanya itu akan menyegarkan (khunuk) dan matang (pukhtah). Sebaliknya, karya seorang artis rendahan, akan tidak mengandungi unsur-unsur diatas dan karenanya menjadi kasar (kham) dan kocar-kacir (bi-andam).
Estetika  menurut Al Ghazali
Abu Hamid Muhammad Alghazali Altusi adalah seorang tokoh ulama' yang luas ilmu pengetahuannya dan merupakan seorang pemikir besar dalam sejarah falsafah Islam dan dunia. Kitab Ihya Ulumuddin merupakan karyanya yang terkenal yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.
Keindahan merupakan landasan dari seni. Berdasarkan pernyataan itu, Al Ghazali membagi keindahan menjadi beberapa tingkat yaitu, keindahan inerawi dan natsani (sensual) yang disebut juga keindahan lahir, keindahan imajinatif dan emotif, keindahan aqliyah atau rasional, keindahan ruhaniah atau irfani, dan yang terakhir yaitu keindahan ilahiyah atau transendental. Dua keindahan terakhir dari Al Ghazali tersebut itulah yang biasanya dieksplorasi oleh para sufi dalam setiap karyanya. Secara teori, imajinasi puitis sebenarnya merupakan sarana prinsip para penyair mistikus untuk membawa pembaca ke suatu pengertian tentang wahyu kenabian. Sedangkan keindahan ruhania dan irfani (mistikal) dapat dilihat dalam pribadi nabi. Nabi merupakan pribadi yang indah bukan semata-mata disebabkan kesempurnaan jasmani dan pengetahuannya tentang agama dan duia, melainkan karena akhlaknya yang mulia dan tingkat makrifatnya yang tinggi.
Al Ghazali dapat menemukan pendekatan positif tentang keindahan dalam lukisan. Bagi penulis-penulis mistik seperti Jaladud-Bin Rumi (abad ke 13), lukisan yang indah malah menjadi alegoni (tulisan atau figur untuk memberikan pelajaran-pelajaran moral atau agama) yang disenangi.
Pendapat Nurcholis Majid Mengenai Estetika Islam
Nurcholis Majid atau yang biasa disapa Cak Nur merupakan cendekiawan muslim dan merupakan ikon pergerakan muslim di Indonesia. Cak nur membedakan antara keberagaman simbolik dan keberagaman subtansial. Cak nur menentang keras terhadap simbolisme yang berlebihan dalam keberagaman walaupun dia juga tidak menegasikan pentingnya simbolisme. Tanpa simbol orang tidak mungkin bisa mencapai yang Ilahi. Ini menjelaskan bahwa suatu keberagaman juga bisa dinilai sebagai nilai estetik terutama keberagaman symbol.
Estetika Menurut Sayyid Hussein Nasser
Estetika dalam Islam mempunyai banyak pengertian. Salah satu pendapat mengenai estetika Islam yang terkenal datang dari Ibnu Arabi Hossein Nasser atau yang lebih dikenal Sayyid Hussein Nasser. keindahan menurut Sayyid Hussein Nasser adalah suatu bentuk keteratuaran yang tak terbatas untuk mencapai kesempurnaan Ilahi.
·                     Karya seni estetika islam Nusantara
Kaligrafi
Dari semua kategori seni islami, kaligrafi paling luas tersebar, paling penting, paling luas dinikmati, dan paling dihargai oleh kaum muslimin. Hal ini mungkin sekali disebabkan bahwa media ini selalu dipandang tinggi, baik oleh kaum agam dan seniman. Pada abad ke 16 kaligrafi menduduki penting di Iran.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGkMQVJCAaXc3KbwAPGGRGII7WblnbeCTJfUFkaxE5zcmr_8vZ4THw8suFItzT3lQLhOPJYN836T8Cu8H1RluAftG31zLRzwR6cJ6IzHGQNQuNs_yCuZW10a6wSa7Ite8sRz4rMKdRhq4/s1600/SqKufi01.gif
Huruf Kufi Salah satu tulisan tertua , yang diperkirakan dikembangkan  di irak menjelang paroh kedua abad kedelapan masehi, mempunyai bentuk sudut ini dapat kita sebut dengan  huruf kufi. Huruf kufi ini bermacam-macam diantaranya kufi awal karena ini digunakan dalam naskah-naskah Al-Qur’an awal. Kufi timur karena ini digunakan dalam penulisan naskah-naskah Al-Qur’an di wilayah timur, kufi berbunga, kufi jalin, kufi hidup.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhc3a6skaMetTtJI3EkHSBuLEkUeOKsLdHANC4J619kpDfoWn3Lqg7En-AK56Xi0TcAYg59KCkvhgOoYicHnekGunj5PGOYXw7tpInlINz0LtsTxTLSdbwWlliwZfs8_UopQZs6SV-WcBs/s1600/M.Isa+khalfan+2.jpg
Tsuluts adalah tulisan dekoratif yang dipakai untuk dekorasi arsitektural dan benda-benda kecil, serta garis-garis atau judul-judul dekoratif dan solofon untuk Al-Qur’an dan naskah-naskah lainnya
"Syahru Ramadhanal-ladzi unzila fiihil qur'an"
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYSs4tO7BRsuHZpgLviCvIE8YU30UrHmXUcxccY35TvEaFDU67vFT7XG_-dDThOQvwBSzq20pxTnW-OAbdxxXo_uO5fIBcZI0fa5k9geogKpcvkUS-GnzIvVgwsER3bpb4M7q_3bjnPYc/s1600/tugra+10.jpg
Tughra’ Semula ia digunakan sebagai tanda tangan seorang Sultan. Biasanya Tughra mengandung dua hal, yaitu nama sang raja dan gelar kebesarannya. Tughra dipasang dalam surat menyurat, biasanya diletakkan setelah basmalah. Tughra pertama kali digunakan oleh Raja ketiga Daulah Usmaniyah yaitu : Sultan Murad I  (671 - 792 H). Khat tughra' kemudian berkembang tidak lagi sebagai tauqi'  (tanda tangan), melainkan sebagai seni kaligrafi yang sangat indah melalui tangan para master kaligrafi semisal Mustafa Raqim dan lain lain.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNsdVL02tueeggU3LrjBfBkadhdGh1Be3x82MRF4GwCfveQF4_9iq1EJu9Buvmfb2YLbn3TaAckI_abm3Fl4R1wwjnM48_gojaUmdVLcLy73YnXSemV08Uv1Qq6RB-j8AEM6W7e4pke7M/s1600/di4j3ng_mi4_3192007100435am_kaligrafi_tasyahud.jpg
Kaligrafi figural Bisa juga disebut dengan kaligrafi kontemporer karena mengkombinasikan motif-motif figural dengan unsur-unsur kaligrafi dalam bermacam gaya. Dalam desain ini huruf-hurufnya dipanjangkan dan dipendekkan, dilebarkan atau disempitkan, atau dimeriahkan dengan tambahan-tambahan olahan, lengkungan,  atau tanda-tanda dan pengisi-pengisi tambahan untuk membuatnya sesuai dengan bentuk non-kaligrafik, geometrik, tetumbuhan, binatang, atau manusia
ORNAMENTASI
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuDdchM6-CZ5ZB-nRGzOZBI11cuIcgc94EGzn2jeLcR-5wl-GqwXLQHARxpJJiAATmx376MGfnTQt9niMjw6XgRLu2ADO52W4zUHf74PZkZMohyjMfdlwUdnMzKvqncrvivLzguYYQykg/s1600/stock-vector-islamic-pattern-ornament-vector-zukhruf-set-and-collection-designed-from-attributes-of-allah-87334955.jpg
Dalam seni islam, ornamentasi atau zukhruf bukanlah merupakan tambahan pada permukaan saja kepada karya seni yang telah selesai, guna memberi hiasan yang tidak mempunyai nilai. Sebaliknya, desain-desaain yang rumit dan indah yang terlihat pada benda-benda seni setiap daerah dan setiap abad dalam sejarah islam itu memenuhi empat fungsi khusus yang penting sebagai berikut: Meningkatkan kepada tauhid, Menjauhkan pemirsa dari konsentrasi kepada diri sendiri dan dunia fana ini, dan membawa ke arah perenungan tauhid , dan Pengindahan yaitu penggunaan ornamen untuk memperindah dan memperkaya.
SENI SASTRA
Bahasa Arab demikian kayanya dengan kata benda dan kata sifat sehingga menghasilkan kefasihan, yang tampak dalam kesesuaian antara ekspresi dengan realitas yang muncul dalam kesadaran. Lebih dari itu, Bangsa Arab juga telah menciptakan syair Arab, sebentuk ekspresi sastra yang merupakan puncak seni kesusartraan.
Jenis kesusasteraan islam itu universal, diantaranya yaitu:
Khuthbah(orasi), Risalah(esai), Maqamah(cerita pendek tentang legenda), Qishshah(kisah) , Qasidah(syair) , Maqalah (essai yang membahas satu tema sebagai sentral)
·                     Kesimpulan
Seni dalam Islam bisa diartikan sebagai sebuah upaya untuk menuturkan kebesaran Ilahi yang mengungkapkan berbagai aspek kehidupan terutama esensi ketauhidan karena segala sesuatu melantunkan puji-pujian bagi yang Esa. Oleh karena itu seorang muslim yang baik yang berkreasi seni, pada hakekatnya harus melaksanakan tugas ibadah, dan menunaikan fungsi khalifah.

Sumber :
Drs. Dharsono, Pengantar Estetika, Rekayasa Sains, 2004.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI SEUTUHNYA

Seutuhnya Terlahir dengan ego Kemudi menuju harapan Penuh kesengsaraan nestapa Hanya, hanya dan hanya untuk dirimu sendiri ...